Senin, 08 Mei 2017

brownish wish - part 2

Alesan yang tiap seminggu tiga kali aku dengar, selain lagi ada orang tuanya, lagi ada kuliah, lagi ada deadline, lagi main sama temen lama, omooo, banyak sekali yaa:) berarti di kali tiga dari setiap alasan itu, aku selalu mencoba mengajak dia bertemu, sekedar bertanya "kenapa?"
Entah sejak darimana, ah oya, sejak berjalan dua bulan, rasanya seperti bertemu dengan orang baru lagi, mungkin ini vino yang lain._. atau kembaran vino, vino yang dulu sudah mati? Atau dia kecelakaan dan hilang ingatan. Atau dia punya kepribadian ganda?


...
Berjalan beberapa jam ngobrol dengan stranger, sejenak membuatku melepaskan beban, namanya vino, dari namanya sepertinya bukan anak baik-baik, hm. Dont judge by name den, hehe. Ujung dari perkenalan itu, berakhir di id line. Sempat berpikir, dari yang dia katakan bahwa dia sudah bekerja sambil kuliah, apa dia perusahaan asuransi, yang mencoba menarik nasabah dengan cara seperti ini atau dia adalah salah satu anggota MLM(?).

21.40 Hai den, sudah sampai?
21.56 Vino? Sudah daritadi kok
Berawal dari chat itu, yang aku pikir sebagai tujuan bisnisnya, ternyata dia hanya ingin berteman, ngga lebih.

Karena aku belum punya teman di perantauan di sini, maksudku, teman yang bisa mengerti kondisi kejiwaanku, hahaha, sebagai mahasiswa baru dan merantau di tempat orang, apalagi universitasku di isi oleh berbagai suku, agama dan ras. Menemukan seseorang yang "equal" denganku itu susah. Banyak orang yang mudah baper dengan becandaanku, ada juga orang yang samasekali tidak peduli dengan segala ucapanku, and its so hurt:((( makanya, seseorang seperti vino, the one i need. Karena dia punya karakter yang sans, dan enak diajak ngobrol(banget)

Hampir setiap hari aku dan vino chat, membahas apa saja yang ngga penting, beberapa kali juga di bahas untuk second meet, tapi alesan karena jarak antar kampus kita yang cukup jauh, juga kesibukan masing masing, berjalan sebulan kita hanya bertukar pesan.

Di balik itu, masih dengan masalah masa laluku, doi yang kubilang masih mencoba berjuang, lamalama mulai luluh aka cape, atau tersadar, bahwa aku emang cewe yang gapantes buat dia perjuangin. Ehe.(buat dia loh) dan itu melalui tahap yang amat berbelit-belit, karena dia gabisa dipake cara kasar, aku harus berjuang selembut mungkin, agar dia luluh dan mendengar jawaban tidak dariku.

...
"Den, dmna?"
"Dikos, knp?"
"Aku dijalan ke kosmu, 15menit, keluar"
Setelah berminggu-minggu digantungkan tanpa kabar, tibatiba manusia jahat itu menghubungiku, dan minta ketemu. Aku siapkan mental, biar ngga nangis didepan vino. Sengaja aku ga pake maskara, takut waterproofnya ngga kuat menahan luapan air mataku:')
Sampailah dia di depan kos, aku langsung masuk ke mobilnya, dan dia langsung tancap gas keluar ke jalan raya, entah kemana. Di dalam mobil, suasana hening, bahkan radio atau music player pun kondisi mati. Aku diam, menunduk, terkadang mencuri pandangannya.

Apa yang aku pikirkan, kenapa jadi aku yang keliatan salah. Dia yang ilang tanpa kabar. Kenapa mataku memerah, stop, plis jangan turun, omoooo, aku gabisa menahannya, mereka keluar beramairamai.

...
Berlanjut aku dan vino, akhirnya ga sengaja lagi ketemu di mall ketika aku dan teman-temanku hangout, dia juga bersama temantemannya, dan akhirnya setelah urusan dengan teman-temanku selesai, vino memintaku untuk pulang bersamanya. Bukan karena aku lebih milih cowo dibanding teman, tapi karena mereka emang sengaja ninggalin aku karena ketemu vino. Nah disini, ketika semua teman-temanku mulai njodoh-njodohin vino, padahal mereka ga kenal vino orangnya kaya gimana, aku jadi terlanjur baper ke vino(duluan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar