"Dena, dengarkan aku, aku ingin mengakhiri hubungan kita"
"Diamlah, aku sedang tidak mood dalam bercanda"
"Den aku serius"
Aku abaikan ucapannya, terlalu sering aku mendengar kalimat itu dari mulutnya. Menyakitkan memang, apalagi pas diawal hubungan kami, dia dengan mudah minta udah, minta break, minta aku menjauh dan blabla. Pertama kali aku merasakan suatu hubungan, dimana aku ngerasa berjuang sendirian, dan selalu terabaikan. Hahaha. Karma(?)
...
Pertama kali mengenalnya, ga sengaja kita bertemu di cafe, saat itu aku sedang dimasa dimana aku mulai bosan dengan semrawutnya kisah cintaku, yang gapernah lurus kalo dipikir. Yaa, aku duduk termenung sendiri dengan secangkir kopi dan sepotong brownies, dan semangkuk indomie telor yang masih mengepulkan asap. Meskipun terletak di pinggir jalan raya, saat itu cafenya sepi, hanya segelintir meja yang terisi, bisa dihitung dibandingkan meja yang tersedia dan posisinya kosong. Hujan kala itu mengguyur tidak terlalu deras, tapi cukup membuat jendela kaca mengembun, ditambah ac yang mungkin pengurusnya lupa menaikan suhu, padahal diluar dingin oleh hujan. Ditambah alunan musik klasik tanpa lirik, benar-benar membuat perasaan tenang dan terhipnotis. Andai saja dunia bisa seperti alice, mungkin aku sudah entah di negeri mana mencari tongkat ajaib.
Sedari tadi hape bergetar, sengaja tak kunyalakan karena pasti akan mengganggu waktu me time ku. Me time adalah hobbyku, bisa dibilang, itu salah satu usahaku dalam menghadapi masalah, ya anggap saja itu pelarian. Iya aku lari dari seseorang yang sudah aku sakiti berkali-kali tapi masih berjuang mendapatkanku. Aku lelah membuatnya sakit. Meskipun berkalikali kubilang tidak padanya.
Memang ya, cinta tak harus memiliki itu pepatah bulshit ever. Gaada namanya cinta yang ikhlas liat doi bahagia sm yg lain.
Ah aku benar-benar muak diperjuangkan. Daaan, disitulah karma masuk ke celah hidupku.
"Hai, we've meet before right? Inget ngga? Di acara dramamusikal?" Stranger tibatiba datang, aku kira itu pelayan, ternyata pengunjung yang keliatannya sendirian dan kesepian, yah dia tadinya duduk diujung , aku melihatnya saat masuk cafe tadi. Mau apa dia?
"Oh ya?" Moodku sedang baik, sehingga aku membalas dengan sapaan yang diharapkannya. Dan lagi, dia tampan, langsung membius vitamin A dimataku.
"May i?" Sambil tangannya menadah kekursi, menandakan dia meminta ijin duduk semeja denganku. Tenanglah, mana mungkin dia akan bertindak kriminal denganku, disni adalah tempat umum dan lagi banyak cctv terpasang di cafe ini. Tentu akan terlihat jelas tersangka apabila ada berita pembunuhan mengenai gadis belia setelah pulang dari cafe kan.
"Go ahead" aku tak banyak bicara, rasanya aneh, meskipun aku suka melihatnya, hanya saja, so weird untuk seorang yang hanya bertemu di sebuah teater, itu saja aku ga inget dan ga ngerasa satu ruang di kursi penonton bareng dia.
"Sorry ya, ngga sopan. Dari semenjak kamu masuk tadi aku udh liat kamu, dan aku inget kamu, kamu ada di festival raya waktu itu, dan liat, kamu ada di kameraku, jd aku inget hehe"
"Waa, itu penyalahan hak cipta"
Blabla berlanjut hingga malam datang. Aneh memang ngobrol sama orang baru dan berasa nyaman, ah aku baperan sekali.
...
"Sayang, aku kangen, can we meet?"
"Iya nanti ya, aku mau ada meeting sm client..
***Bersambung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar